Asma Nadia, My Inspirator


Berbicara mengenai kehidupan, tentunya kita semua pasti pernah menjadikan orang-orang hebat sebagai inspirator untuk mendapatkan energi positif dari mereka. Harapan kita semua pastinya tidak saling berseberangan, yaitu untuk membuat kehidupan kita menjadi lebih baik lagi. Namun, yang perlu ditekankan di sini yaitu perbedaan ketika kita menjadikan seseorang sebagai inspirator dan sebagai idola. Ketika kita terinspirasi pada seseorang, entah karena kehebatannya, perjuangannya, kecerdasannya, dan sebagainya, di saat itu hati kita ikut tergerak untuk bisa melakukan hal yang sama dengannya. Sehingga dengan sendirinya, kita akan mencontoh hal-hal yang dilakukan oleh si tokoh inspirator sehingga nantinya kita bisa menjadi seperti dia. Sedangkan ketika kita mengidolakan seseroang, kita hanya menyukai satu sisi dari si idola secara berlebihan sehingga tak jarang banyak yang terserang virus fanatisme terhadap idolanya. Si pengidola juga terkadang melakukan segala hal yang dilakukan idolanya baik yang bergenre positif maupun negatif, bahkan mengoleksi barang-barang yang dimiliki oleh idolanya seakan-akan idolanya adalah panutan satu-satunya.

Demikian pula dalam kehidupan kita. Tentu akan sangat terlihat dengan jelas perbedaan orang yang memiliki inspirasi atau motivasi hidup daripada mereka yang hanya hidup monoton mengikuti arus. Perbedaan yang paling nampak terletak pada tujuan hidup masing-masing individu. Dan sudah pasti, orang yang lebih menikmati hidup adalah merea yang hidup dengan tujuan.

Sebagai umat Muslim, sudah sewajarnya kita semua menjadikan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam sebagai inspirator sekaligus idola utama kita dalam hidup. Karena beliau adalah suri teladan terbaik sepanjang masa bagi seluruh manusia. Seperti yang tercantum dalam Surah Al-Ahzab ayat 21.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."

Selain itu, untuk lebih memotivasi diri kita agar membuat hidup lebih bermakna, kita sering terinspirasi oleh orang-orang yang telah lebih dulu diberi kesempatan oleh Allah Subhaanahu Wata'aala menjadi orang hebat. Salah satu orang hebat itu yang memiliki banyak pengagum terutama bagi mereka yang bergelut disekitar dunia tulis menulis, yaitu Asma Nadia. Seorang perempuan luar biasa yang telah mengarang banyak buku yang tentunya memberi energi positif bagi para pembacanya.

Asmarani Rosalba atau Asma Nadia lahir di Jakarta, 26 Maret 1972. Masa kecilnya banyak dihabiskan di rumahnya yang terletak di pinggir rel kereta api. Saat ia berumur 7 tahun, ia tertarik membaca salah satu buku bertema tentang akhirat yang sedang booming saat itu. Ternyata buku itu membawa Rani pada mimpi buruk, hingga ia terbangun dari tidurnya. Spontan, Rani mengambil bantal untuk menutupi wajahnya. Hingga tanpa sengaja, kepalanya membentur besi kasur. Kepalanya berdarah dan ia muntah-muntah beberapa kali. Setelah diperiksa ke dokter, ia divonis terkena gegar otak. Ia juga diklaim dokter memiliki kelainan pada otak bagian belakang, paru-paru yang kotor, jantung bermasalah, beberapa giginya membusuk dan tak beraturan sehingga 13 giginya harus dicabut, dan tumor karena terdapat lima benjolan kecil di kepalanya. 

Tetapi penyakit-penyakit yang ada pada dirinya tidak menjadi penghambat Asma kecil untuk hidup normal. Ia tak pernah berhenti belajar, hingga Allah menunjukkan kuasanya. Ia menjadi juara umum di sekolahnya. Selain itu, ia juga mengikuti beragam kegiatan seperti pramuka, karate, teater, vokal grup, dan sebagainya. Rani pernah berkata pada kakaknya, Helvy Tiana Rosa. "Saya akan melawan penyakit saya dengan berkarya, Kak. Dengan melakukan sesuatu".

Akhirnya di tengah perjuangannya, ia berhasil masuk SMA 1 Budi Utomo, sekolah favoritnya. Ia kemudian mendapat PMDK untuk meneruskan kuliah di IPB jurusan mekanisasi pertanian. Namun, karena satu dan lain hal ia tidak dapat menyelesaikan kuliahnya. Namun ia tidak minder atau malu. Ia semakin menekuni bakat menulisnya yang sudah ada sejak kecil. Rani mulai menulis sejak di sekolah dasar dengan menulis lagu. Kemudian ia sering mengirim tulisannya berupa cerpen dan menjadi juara. Sebaga penulis, Asma memang tidak pernah mengalami penolakan oleh penerbit atau surat kabar. Cerpen pertamanya berjudul "Surat Buat Assadullah di Surga", dimuat di Majalah Annida pada tahun 1990. 

Dan kini Asma Nadia telah menjadi penulis hebat. Ia juga mendapat berbagai penghargaan seperti "Pengarang Fiksi Remaja Terbaik 2003" dan berhak meraih Mizan Award. Selain itu, karyanya juga mendapat penghargaan dari Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI). Tahun 2009 dalam perjalanannya keliling Eropa usai mendapatkan undangan writers in residence dari Le Chateau de Lavigny (Agustus-September 2009), Asma sering diundang untuk memberikan workshop dan dialog kepenulisan di PTRI Jenewa, Masjid Al-Falah Berlin, KBRI Roma, Manchester, dan Newcastle.  


Asma Nadia telah menikah dengan seorang jurnalis dan dianugerahi dua anak. Sejak tahun 2009 awal, Nadia merintis penerbitan sendiri dengan nama Asma Nadia Publishing House. Salah satu buku yang diterbitkan dan telah dialihkan ke layar lebar, berjudul Emak Ingin Naik Haji. Uniknya, seluruh royalti dari buku tersebut diberikan untuk sosial kemanusiaan khususnya membantu mewujudkan mimpi mereka yang salih dan salihat, yang rindu tanah suci tapi kurang mampu. Naskah lain yang juga diangkat ke layar lebar berjudul Rumah Tanpa Jendela (cerpen Jendela Rara/Novel Rumah Tanpa Jendela).
Asma juga sosok Jilbab Traveler, yang telah menjelajah sebagian besar solo travelling ke 155 kota di 48 negara di dunia.


Terakhir melalui Yayasan Asma Nadia, Nadia merintis RumahBaca AsmaNadia RBA, 121 rumah baca sederhana (sebagian memiliki sekolah dan kelas komputer serta tempat tinggal bagi anak yatim, Gratis) untuk membaca dan beraktivitas bagi anak-anak dan remaja kurang mampu. Saat ini RBA ada di berbagai pelosok tanah air. Seperti di Gresik, Bogor, Balikpapan, Pekanbaru, Jogja, Papua, Tenggarong dll. Klik rumahbacaasmanadia.com/ untuk cara pendirian dan alamat rumah baca di tanah air.

Ia juga menulis lirik sejumlah lagu, misalnya yang dinyanyikan oleh kelompok Snada dan Gradasi, serta sempat memiliki tim sendiri bersama Nasyid Bestari.


Demikianlah sedikit ulasan mengenai Asma Nadia yang telah menginspirasi banyak orang. Tentunya setelah membaca sedikit perjuangan Asma Nadia, semoga kita semua termotivasi untuk terus mengejar impian. Pastinya dengan niat yang baik, berdoa, dan usaha yang sungguh-sungguh. Biografi Asma Nadia tersebut, penulis kumpulkan dari berbagai sumber. Bagi Anda yang belum mengenal Asma Nadia, silahkan kunjungi beberapa sosial media dan websitenya berikut:


Twitter: @asmanadia (https://twitter.com/asmanadia)

Facebook: asmanadia.penulis (https://id-id.facebook.com/AsmaNadia.Penulis)

Comments

Popular posts from this blog

Makalah Kaidah Bahasa Indonesia

Kurangnya Pendidikan Moral di Sekolah

Lack Of Moral Education In School