What Actually is Love?

Sesuai judul postingan ini, mari kita membahas sesuatu yang sedikit OOT dari postingan-postingan mainstream di blog ini. Anggap saja selingan, daripada isinya curhatan melulu. Hhe... Oiyah, tapi apapun yang tertulis disini, adalah murni pendapat dan pengalaman pribadi saya. Teman-teman boleh setuju ataupun tidak. Lebih seru lagi kalau kita bisa diskusi dan berbagi pengalaman di kolom komentar.

Sebagai Allah's Creation yang alhamdulillah masih stand dengan kodratnya, semoga siapapun yang membaca ini masih tetap dalam kondisi seperti itu, saya pernah dan masih akan merasakan sesuatu yang aneh tapi indah dan terkadang mengganggu jika berkaitan dengannya. nya? Siapakah nama dibalik pronoun bahasa Indonesia itu? Yang pasti dia adalah seorang lelaki, yang bukan Bapak atau Adik saya. Okay. Perasaan aneh yang muncul itu bukan sesuatu yang disengaja. Melainkan ia datang tanpa permisi, tanpa peduli kondisi, waktu, maupun cuaca saat itu. Benar-benar gak tau diri ya,, hahaa.. Hei, tapi tak boleh seperti itu. Perasaan ini adalah fitrah dan anugrah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, jadi tak boleh kita salahkan. Tapi tempatkan ia di tempat yang benar dan semestinya.

Sayangnya, ada yang sebenarnya tidak atau lebih tepatnya belum saya pahami dengan benar. Sebagai seorang wanita yang saat menulis ini hampir menginjakkan kaki di usia 24, saya sepertinya belum pernah merasakan sesuatu yang disebut cinta itu kepada lawan jenis bernama lelaki itu. Konsepnya disini beda ya.. Cinta kepada orang tua, adik-adik dan keluarga, secara alami tanpa diminta pun ia telah terpatri di dalam hati. Namun kepada lawan jenis, saya masih sering bertanya. Sebenarnya perasaan cinta itu seperti apa sih?

Oke, oke. Kembali saya ulang disini bahwa saya normal. Totallay normal, guys. Sampai kapanpun akan tetap stand di atas kodrat saya sebagai perempuan. Sebagai bukti akan saya ceritakan beberapa kisah yang berkaitan dengan topik ini. Apakah saya pernah jatuh cinta? Yang benar-benar itu adalah benar perasaan cinta.

Sebagai remaja SMP, saya pernah begitu gemetaran dan keringat dingin ketika berada dekat dengan seorang teman kelas yang cukup banyak menyita perhatian saya. Hanya ketika dekat ya, kalau jauh biasa saja sih. Dia seorang remaja yang tak begitu berparas tampan, tapi kharismanya sungguh memikatku. Hanya saja, perasaan itu kemudian lewat begitu saja. Setelah kami tak lagi berjumpa di masa SMA, ia hanyalah tinggal jadi memori. Kenangan bagaimana saya ke dia masih bisa saya ingat, tapi perasaan gemetaran dan panas dingin itu telah saya lupa. Lebih tepatnya, sulit untuk dijelaskan lebih detail. Nah, apakah cinta itu bisa digambarkan dengan reaksi tubuh seperti yang saya alami pada teman SMP saya itu?  Jika memang itu cinta, berarti saya pun memiliki perasaan yang sama ketika hendak bertemu untuk dimarahi oleh dosen super killer saat kuliah. Hahahaa,, sungguh tidak mungkin. Oke jadi bisa saya asumsikan disini bahwa itu bukanlah cinta. Bisa disebut cinta tapi menggunakan istilah yang tepat dengan masanya, yaitu cinta monyet. Tau sendirilah apa itu cinta monyet.

Memasuki masa SMA, masih dalam periode remaja sih. Tapi akan tetap saya ceritakan, karena mungkin di masa ini kita sudah lebih bisa dewasa dalam berpikir. Di sekolah saya pas SMA dulu, teman-teman lelaki seangkatan tak ada yang membuatku tertarik. Bukan karena mereka tak ada yang menarik, hanya saja mereka kalah pesonanya dengan kakak kelas. Hahah.. Jadi guys, saat itu banyak sekali kakak kelas yang sungguh menggoda iman. Hehee, tapi dari sekian banyak mereka yang tampan dan memiliki jenis pesona lainnya, ada seorang kakak kelas yang menyita perhatian saya sangaaat banyak. Dia tak terkenal, tak populer, tak tampan bak artis, tapi sungguh manis. Hiyaa..hiyaaa.. Entahlah, sepertinya standar menyukai lawan jenis saya bukan pada paras. Jadi, kakak kelas ini adalah anak baik-baik. Tak tau juga sih, tepatnya kapan saya mulai merasakan sesuatu yang aneh itu. Tapi itu berlangsung selama masa SMA saya, sampai si Kakak kelas itu lulus.

Nah, disinilah sesuatu yang aneh terjadi. Setelah kakak kelas itu lulus, saya tak pernah lagi merasakan sesuatu seperti yang saya rasakan itu kepada lelaki lainnya dalam rentang waktu yang cukup lama. Bukan karena saya tak tertarik pada lelaki-lelaki yang saya temui setelahnya, lebih tepatnya saya membiarkan perasaan itu terjaga. Itupun diluar kendali saya. Saya tipe orang yang tak begitu peduli dengan relationship, jadi saya lebih sering mengabaikan perasaan-perasaan seperti itu. Hal itu pun saya lakukan terhadap kakak kelas itu, tapi anehnya perasaan itu sepertinya masih tetap ada bahkan setelah saya tak pernah lagi berjumpa dengannya. Terakhir saya ketemu dia itu saat dia masih sering bolak-balik sekolah untuk kepengurusan ijazah. Padahal kita masih di daerah yang sama loh, tapi berpapasan setelah itupun tak pernah. ckck.. Hingga baru-baru ini datanglah kabar yang saya sendiri langsung membacanya.

Melalui sosial medianya ia mengumumkan untuk pertama kalinya, saya katakan pertama kalinya karena setelah tak pernah bertemu dengannya lagi, saya cukup sering stalking perkembangan hidupnya. Hahaa, apasih. Jadi dia mengumumkan melalui status yang dia tulis perihal kekasih hatinya. Intinya, seperti dia ingin the whole world tau kalau dia sudah punya calon istri. Dan itu seketika meruntuhkan semua rasa yang pernah saya rasakan ke dia. Meskipun tak pernah terungkap. Apakah saya patah hati? Kecewa? Sedih? Galau? Iya itu semua ada. Tapi dalam kadar yang sangaaaat kecil dan sedikit. Sehingga saya tak mengalami seperti kebanyakan perempuan yang sedang broken hearti. My life is still going on. Dan, yah setelah itu biasa saja. Yang kemudian saya bisa yakini bahwa perasaan kepadanya sudah habis. Dan tak layak lagi untuk saya pertahankan. Nah, apakah perasaan yang saya rasakan ini sudah bisa dikatakan cinta yang benar-benar atau masih termasuk jenis cinta monyet. Hey para expert, tolong dong jelaskan. Hahaaa

Oiyah, sedikit tambahan nih. Jadi, sebagai seorang makhluk sosial yang pastinya banyak bertemu manusia-manusia lainnya, termasuk bertemu beragam lelaki, pernah beberapa kali saya merasakan sesuatu yang aneh pada beberapa lelaki. Tapi sepertinya itu hanya sekedar berbatas pada perasaan suka dan kagum. Saya tak gemetaran dan keringat dingin saat berada di dekat mereka, tapi beberapa kali mereka ikut pulang ke rumah. Mengitari bayang-bayang saya, bahkan ada beberapa yang terbawa mimpi juga sih. Jiaah....

Nah, kemudian berangkat dari sinilah saya mulai bertanya-tanya. Jadi cinta itu seperti apa? Apakah dia sama rasanya seperti bagaimana sikap kita kepada Ayah, Ibu, Saudara, keluarga lainnya. Tapi melihat kembali pasangan suami istri yang telah berpuluh-puluh tahun bersama, seperti menghancurkan pemikiran awal saya bahwa cinta pada lawan jenis sebenarnya memang ada. Hanya saja mungkin saya belum menemukannya.

Nah, guys. Dari sekian banyak definisi cinta, ada beberapa yang sepertinya nyambung-nyambung dikit di hati dan pikiran saya.
  1. Menurut Rabi'ah Al-'Adawiyah, cinta adalah ungkapan kerinduan dan gambaran perasaaan yang terdalam. Siapa yang merasakannya, niscaya akan mengenalinya. Namun siapa yang coba untuk menyifatinya, pasti akan gagal.
  2. Menurut Quraish Shihab, cinta adalah kecenderungan hati kepada sesuatu karena kenikmatan atau manfaat yang diperoleh dari yang dicintai. 
Disini saya tidak akan memaparkan atau menafsirkan definisi dari dua ahli di atas. Silahkan Anda cerna sendiri. Hehee.. Oiyah, FYI guys Rabi'ah Al-'Adawiyah ini adalah seorang sufi yang perjalanan hidupnya sungguh indah untuk kita tau dan hayati. Mungkin suatu waktu akan coba saya buat postingan tentang beliau, insyaa Allah...

Kembali ke topik utama, guys. Ada juga yang mengatakan bahwa cinta itu adalah pengorbanan, tanggung jawab, perjuangan, dan bla..bla..bla.. Memang benar seperti itu, tapi itu semua adalah perwujudan dari rasa cinta itu sendiri. Sehingga mungkin akan baru tersadar bahwa kita sedang mencintai apabila telah ada perwujudan dari sikap-sikap tadi. Kemungkinan loh, ya..

Nah guys, untuk sementara saya hanya bisa menyimpulkan seperti ini. Bahwa cinta itu harus ditempatkan pada tempat yang semestinya. Jika ia salah tempat, maka akan muncullah istilah-istilah cinta buta, cinta gak pake mata, dan sebagainya yang kemudian malah memunculkan wacana baru bahwa cinta itu berdampak buruk. Atau cinta itu menyakitkan. Kemudian menilik pengalaman pasangan suami istri yang telah lama bersama berpuluh-puluh tahun lamanya, banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil hikmahnya. Bahwa tak bisa dikatakan cinta jika baru pertama kali melihat paras cantik/tampannya. Love at the first sight menurut saya tak ada. Jika memang ada dan kau katakan saya bahagia dengan cinta pada pandangan pertama saya, sebenarnya cinta itu baru tumbuh ketika kau telah bisa menerima segala yang ada pada dirinya. Berbeda dengan mereka yang merasa telah jatuh cinta pada pandangan pertama, tapi kemudian memilih untuk tak melanjutkannya karena menemukan kekurangan pada diri orang yang dikatakan cinta itu. Apa cinta itu dapat di cancel seperti kasus itu. Saya pikir cinta tak sesimple itu ya. Ia berharga dan memakan waktu lama untuk menghapusnya.

Bahwa cinta itu datang dari kebiasaan. Kata orang Jawa sih Witing Tresno Jalaran Soko Kulino. hahay... Yang artinya cinta tumbuh karena terbiasa. Maka berhati-hatilah jika ada yang berusaha membiasakan diri denganmu, entah melalui chatting, meeting, eating, yang kesemuanya itu adalah jurus yang disebut pendekatan. Tapi kalau kamu mau ya sah sah saja sih. Hehee..

Oke guys jadi intinya, cinta itu tak sesimple dan sesederhana perasaan-perasaan yang saya rasakan pada dua kisah yang saya ceritakan di atas. Cinta itu kadang harus dibuktikan dan memang harus dibuktikan sih melalui sikap, perbuatan, respon, dan sebagainya ke orang yang dicintai, seperti pasangan suami istri yang telah berpuluh-puluh tahun bersama. Dan tentunya kembali lagi, harus ditempatkan pada tempat yang semestinya, biar ia tetap pada kondisinya yang fitrah dan suci. Karena cinta itu adalah anugerah dari Allah, maka sudah semestinya kita menjaganya. Oiyah, sedikit lagi nih, puncak dari perasaan cinta menurut saya ialah kembali lagi kepada yang telah menciptakan kita, yaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala. Karena Dialah pemilik cinta yang sejati. Kalau prinsip seperti itu sudah ada pada diri kita, insyaa Allah kita akan lebih bisa ikhlas dan jarang patah hati. Karena buat apa sih, menggalaukan cinta manusia yang hakikatnya tak ada apa-apanya dibanding cinta dari Sang Khalik. 

Tapi, ya bukan berarti tak perlu cinta dari manusia juga. Kalau kata Kak Budi Waluyo, kita diciptakan memiliki kekurangan agar kita bisa mencari pendamping hidup yang akan melengkapi kekurangan kita itu. So, guys itu dulu ya yang bisa saya sampaikan. Ujung-ujungnya curcol juga yah, padahal niatnya mau OOT. Hahah,, maafkan. Anyway, terima kasih loh sudah berkenan baca sampai akhir. Sehat selalu, ya...

Comments

Popular posts from this blog

Makalah Kaidah Bahasa Indonesia

Kurangnya Pendidikan Moral di Sekolah

Lack Of Moral Education In School