Makalah Kaidah Bahasa Indonesia
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Hai
kawan, apa kabar? Hari ini saya kembali mengisi blog saya dengan
makalah yang saya buat dalam mata kuliah Bahasa Indonesia. Semoga bagi
kawan2 yang butuh, dapat menjadikan makalah ini sebagai salah satu
referensi. Syukron Katsiron.
MAKALAH
KAIDAH
BAHASA INDONESIA
Oleh Kelompok 3:
Eka Hardiyanti Bugis
(NIM:136002)
Riska Aulia Nakul
(NIM:136013)
Jurusan Tarbiyah
Program Studi Tadris Bahasa
Ingris
Semester 2
Dosen Pembimbing:
Andi Hasrianti, SS., M.Pd.
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SORONG-PAPUA
BARAT
KATA
PENGANTAR
Segala
puji dan syukur bagi Allah SWT semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya.
Limpahan shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat, dan
seluruh umatnya hingga akhir zaman.
Alhamdulillah,
atas berkat rahmat serta bimbingan-Nya, akhirnya kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah dengan judul “Kaidah Bahasa Indonesia”. Penulisan makalah ini merupakan
salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Bahasa
Indonesia
di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Sorong.
Dalam
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini dan kepada rekan-rekan
yang telah memberikan motivasi, baik moril maupun materil.
Akhirnya
kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Karena itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
apabila makalah ini tidak sesuai harapan. Kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan demi menuju ke arah yang lebih baik dalam
penulisan makalah ini.
Semoga
makalah ini mendapat ridho Allah SWT dan bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
Sorong, 13 Maret 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pada tahun 1901 berdasarkan rancangan Ch A. van
Ophyusen dengan bantuan Engku Nawawi dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim,
menetapkan aturan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. Berbagai Kongres
diadakan untuk melakukan penyempurnaan, seperti Kongres Bahasa Indonesia
pertama di Solo pada tahun 1938 yang menyarankan agar ejaan Indonesia lebih
banyak diinternasionalkan.[1]
Usaha pembakuan bahasa Indonesia tersebut ternyata
belum menunjukkan hasil yang sempurna. Dalam pemakaian bahasa Indonesia, masih
sering ditemukan kata-kata yang dieja atau diucapkan dengan tidak tepat.
Umumnya kesalahan itu berpangkal pada kesalahan ejaan sehingga terjadi
kesalahan pada pengucapan pula. Selain itu, pembacaan kata-kata yang sudah
betul ejaannya terkadang masih dibaca dengan lafal yang salah. Padahal dalam
situasi resmi seharusnya kesalahan seperti itu tidak terjadi.
Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya salah
eja atau salah ucap yaitu karena pengaruh bahasa daerah. Seperti kata-kata
nomor dan besok yang biasanya dieja atau diucapkan nomer dan besuk oleh
masyarakat yang bahsa pertamanya (mother
tongue) bahsa Jawa. Kadang pada ejaan sudah benar tetapi dalam
pengucapannya masih salah, misalnya kata-kata fakultas dan jalan yang oleh
orang Bugis-Makassar diucapkan pakultas
dan jalang. Faktor lain yang
menyebabkan kesalahan pengucapan yaitu adanya bunyi yang berbeda tetapi dalam
ejaan tidak dibedakan. Seperti kata ‘peka’ yang dilafalkan dengan ‘pepet’,
padahal seharunya dilafalkan seperti kata ‘teras’ (serambi).
Kesalahan ucapan juga sering kali disebabkan
penggunaan ejaan bahasa daerah Jawa seperti huruf a yang harus dibaca seperti o
dalam bahasa Indonesia. Misalnya, nama ‘Poerwadarminta’ yang seharusnya dibaca Purwodarminta. Salah eja juga terjadi
pada penulisan kata-kata yang berasal dari bahasa asing seperti sistim, kongkrit, dan kwitansi,
yang ejaan sebenarnya ialah sistem, konkret, dan kuitansi.
Selain itu dalam penulisan ilmiah selain harus menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar, juga harus dapat menggunakan bahasa tersebut sebagai sarana komunikasi ilmu. Penggunaan bahasa Indonesia secara
baik dan benar dalam tulis-menulis, harus pula ditunjang oleh penerapan peraturan ejaan yang berlaku dalam bahasa
Indonesia, yaitu Ejaan Yang Disempurnakan. Agar gagasan
atau pesan yang terdapat pada karya tulis kita mudah dipahami oleh pembaca.
Kesalahan dalam pengucapan
maupun penulisan telah menjadi kebiasaan dan sulit untuk dibetulkan seperti
yang dialami kalangan generasi tua. Untuk itu, hendaknya kesalahan tersebut
harus dihindari dan tidak menular pada generasi muda. Salah satu cara
menghindarinya adalah dengan mempelajari dan memahami sedini mungkin tentang
kaidah-kaidah dalam bahasa Indonesia.
Yang dimaksud dengan kaidah-kaidah bahasa merupakan aturan
pemakaian bahasa agar bahasa itu tetap terpelihara dalam perkembangannya.
Kaidah bahasa merupakan suatu himpunan beberapa patokan umum berdasarkan
struktur bahasa. Dalam
berbahasa, kita harus mengikuti kaidah sehingga bahasa kita menjadi terpelihara
dengan baik, sesuai dengan kaidah yang berlaku.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dipandang perlu untuk
melakukan perumusan masalah. Rumusan masalah secara umum yaitu, ’’apa saja
kajian dari Ejaan yang Disempurnakan?’’ secara rinci, rumusan masalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud
dengan ejaan dan pembinaanya?
2. Bagaimanakah
cara penulisan dan pemakaian huruf dalam Ejaan yang Disempurnakan?
3. Bagaimanakah
pemakaian tanda baca yang benar?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
dan Pembinaan Bahasa Indonesia
a)
Pengertian bahasa
Indonesia
Ejaan adalah suatu
sistem penulisan bahasa tertentu. Ejaan merupakan keseluruhan peraturan yang dibakukan tentang bagaimana melambangkan bunyi ujaran
dan bagaimana hubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan
penggabungannya dalam suatu bahasa). Pada
ejaan ditetapkan tiga hal, yaitu:
Ø Pemakaian dan penulisan huruf
Ø Penulisan kata, dan
Ø Pemakaian tanda baca dalam penyusunan kalimat
Huruf
dan tanda baca dipakai bersama-sama untuk menggambarkan suatu bahasa. Huruf
digunakan untuk melambangkan fonem. Huruf merupakan unsur tulisan (bahsa
tulis), sedangkan fonem merupakan unsur wicara (bahasa lisan). Fonem ialah
suatu bunyi bahasa yang terkecil yang membedakan arti. Contohnya dapat kita
dengar perbedaan bunyi /a/ pada kata /abu/ dan /i/ pada kata /ibu/. Bunyi /a/
dan /i/ ini disebut fonem vokal. Contoh lain dapat kita dengar perbedaan bunyi
pada kata /sari/ dan /mari/. Bunyi /s/ dan /m/ adalah fonem konsonan.
Bunyi-bunyi bahasa yang demikian hanya memerlukan huruf untuk membedakannya dengan
kata lainnya.
Fonem
dibedakan atas dua bagian, yaitu fonem vokal dan fonem konsonan. Vokal ialah
bunyi ucapan yang terdengar murni karena udara yang keluar dari paru-paru
melalui rongga tenggorokan dan rongga mulut tidak dihalangi. Sedangkan konsonan
ialah bunyi ucapan yang dihasilkan dengan cara menghalang-halangi udara yang
keluar, baik dengan menutup sebentar atau menyempitkan jalan keluar.[2]
b)
Pembinaan ejaan
bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional lahir pada awal tahun dua puluhan dan ditetapkan
sebagai bahasa resmi pada tahun 1945. Usaha pengaturan atau pembinaan bahasa
Indonesia dapat dilihat antara lain pada aspek ejaan. Dengan usia yang masih
begitu muda, bahasa Indonesia sudah tiga kali menetapkan tiga sistem ejaan.
Sistem ejaan yang dimaksud ialah:
Ø Ejaan van Ophuysen, berlaku sejak bahasa Indonesia
lahir sampai tahun 1947. Ejaan ini merupakan warisan dari ejaan bahasa Melayu
yang menjadi dasar bahasa Indonesia.
Ø Ejaan Soewandi, mulai berlaku dari tahun 1947 sampai
tahun 1972.
Ø Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, mulai
berlaku sejak tahun 1972 sampai sekarang yang disingkat dengan EYD. EYD secara
resmi berlaku mulai tanggal 17 Agustus 1972 dengan Surat Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 57/1972 tentang Peresmian Berlakunya “Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan”.
Perbedaan
ketiga sistem ejaan tersebut adalah sebagai berikut:
van Ophuysen
1901
|
Soewandi
1947
|
EYD
1972
|
J
Dj
Nj
Sj
Tj
Ch
Z
F
-
oe
|
J
Dj
Nj
-
Tj
-
-
-
-
u
|
Y
J
Ny
Sy
C
Kh
Z
F
V
U
|
Motif
lahirnya Ejaan yang Disempurnakan ialah sebagai berikut:
1)
Menyesuaikan
ejaan bahasa Indonesia dengan perkembangan bahasa.
2)
Membina
ketertiban dalam penulisan huruf dan tanda baca.
3)
Mulai usaha
pembakuan bahasa Indonesia secara menyeluruh.
4)
Mendorong
pengembangan bahasa Indonesia.
Selain
ejaan resmi yang pernah berlaku di Indonesia tersebut, dikenal pula tiga jenis
ejaan yang hanya sampai pada taraf konsep. Maka terdapat enam jenis ejaan
termasuk yang tidak pernah diresmikan, urutannya sebagai berikut:
1)
Ejaan van Ophuysen
(1901-1947)
2)
Ejaan Soewandi
atau Ejaan Republik (1947-1972)
3)
Ejaan
Pembaharuan Bahasa Indonesia atau Ejaan Prijono Katoppo (1956)
4)
Ejaan Malindo
(1966)
5)
Ejaan Baru
Bahasa Indonesia (1966)
6)
Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan (1972-sekarang)
B. Penulisan dan Pemakaian Huruf
1)
Macam-macam
Huruf
a)
Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia
terdiri atas hururf-huruf berikut ini:
Huruf
|
Nama
|
Huruf
|
Nama
|
||
Kapital
|
Kecil
|
Kapital
|
Kecil
|
||
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
|
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
|
a
be
ce
de
e
ef
ge
ha
i
je
ka
el
em
|
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
W
X
Y
Z
|
n
o
p
q
r
s
t
u
v
w
x
y
z
|
en
o
pe
ki
er
es
te
u
ve
we
eks
ye
zet
|
b)
Huruf Vokal
Huruf
yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e,
i, o, dan u.
c)
Huruf Konsonan
Huruf
yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c,
d, f, g, h, j,
k, l, m, n, p,
o, r, s, t, v,
w, r,
y, dan z.
d)
Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang
dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
e)
Gabungan Huruf
Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan
huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh,
ng, ny, dan sy. Masing-masing
melambangkan satu bunyi konsonan.
2)
Huruf Kapital
a)
Huruf kapital
atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya: Dia mengantuk.
b)
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya: Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
c)
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan
dan Kitab Suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misalnya: Allah, Yang Mahakuasa, dll.
d)
1. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan
yang diikuti nama orang. Misalnya: Mahaputra
Yamin, Imam Syafii, Nabi Ibrahim,
dll.
2. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama
nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya: Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
e)
1. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama
orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertetu, nama instansi,
atau nama tempat.
Misalnya: Wakil
Presiden Budiono.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama
jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya.
Misalnya:
Sidang itu dipimpin Presiden.
3. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama
nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai
pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya: Divisi itu dipimpin oleh seorang mayor jendral.
f)
1. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya: Amir Hamzah
2. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama
nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya: 5
ampere.
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
singkatan nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya J/K atau JK-1 = Joule
per Kelvin
g)
1. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Misalnya: bangsa
Indonesia.
2. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama
nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya: pengindonesiaan
kata asing.
h)
1. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,, dan
peristiwa sejarah. Misalnya: tahun Hijriah.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
unsur-unsur nama peristiwa sejarah. Misalnya: Perang Dunia I
3. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama
peristiwa sejarah yang tidak dipkai sebagai nama.
Misalnya: Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
i)
1. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya: Asia
Tenggara
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur
nama geografi yang diikuti nama diri geografi. Misalnya: Bukit Barisan
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama
diri atau nama geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan
budaya. Misalnya: pempek Palembang.
4. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama
istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Misalnya: berlayar ke teluk.
5. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama
nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis. Misalnya: pisang ambon.
j)
1. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi,
lembaga ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi, kecuali kata tugas,
seperti dan, oleh, atau, dan untuk. Misalnya: Republik Indonesia.
2. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama
kata yang bukan nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan,
badan, dan nama dokumen resmi. Misalnya: Menjadi sebuah republik
k)
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat
pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, dokumen resmi, dan
judul karangan.
Misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa.
l) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata
(termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat
kabar dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk
yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya: Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
m) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur
singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri.
Misalnya: Dr.
doctor.
n)
1. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya: “Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”
2. Huruf capital tidak dipakai sebagai huruf pertama
kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau
penyapaan. Misalnya: Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
o)
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya: Sudahkah Anda
tahu?
p)
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan, catatan, dan misalnya
yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan yang
berkaitan dengan pernyataan lengkap itu. Contoh pada IB, IC, IE, dan I F15.[3]
3)
Huruf Miring
Kekeliruan penulisan huruf miring umumnya terjadi
hanya pada penggunaan variasi tulisan dalam pengetikan menggunakan komputer. Penggunaan
huruf miring sebagian besar dipakai dalam tulisan-tulisan berupa laporan
ilmiah. Dalam penulisan laporan biasanya digunakan penekanan-penekanan tertentu
terhadap suatu huruf, kata, kalimat, atau paragraf sehingga dibutuhkan teknik
khusus untuk menunjukkan penekanan tersebut. Salah satu cara untuk menunjukkan
penekanan ini, penulisan dilakukan dengan menggunakan huruf miring.
Dalam penulisan buku maupun laporan ilmiah, penulis
seringkali melibatkan berbagai sumber tertulis/tercetak seperti buku, koran,
majalah, novel, cerpen, laman, dan sebagainya. Penulisan terhadap identitas
sumber tersebut tentulah membutuhkan teknik tertentu pula. Dalam hal ini,
penulis dapat menggunakan penulisan huruf miring. Berikut kaidah penulisan dan
penggunaan huruf miring.
a)
Huruf miring
dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah dan surat kabar yang
dikutip dalam tulisan.
Misalnya: Majalah Bahasa
dan Sastra diterbitkan oleh Pusat Bahasa.
b)
Huruf miring
dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata,
kata, atau kelompok kata.
Misalnya: Huruf pertama kata
abad ialah a.
c)
1. Huruf miring
dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali
yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya: Nama ilmiah buah
manggis ialah Carcinia mangostama.
2.
Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahas Indonesia penulisannya
diperlakukan sebagai kata Indonesia.
Misalnya:
Korps diplomatik memperoleh perlakuan khusus.
Catatan: Dalam tulisan
tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring digarisbawahi.
4)
Huruf Tebal
a)
Huruf tebal
dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi,
daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
Misalnya:
Judul : KAIDAH
BAHASA INDONESIA
Bab: BAB I
PENDAHULUAN
Baguan Bab: A.
Latar Belakang
b)
Huruf tebal
tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf miring.
Misalnya: Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung baris.
Seharusnya ditulis dengan huruf miring. Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung baris.
c)
Huruf tebal dalam
cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lema dan sublema serta untuk menuliskan
lambang bilangan yang menyatakan polisemi. Misalnya:
Kalah v 1 tidak menang …; 2 kehilangan atau merugi …; 3
tidak lulus …; 4 tidak menyamai mengalah v mengaku kalah
Catatan: Dalam tulisan tangan atau ketikan manual,
huruf atau kata yang akan dicetak dengan huruf tebal telah diberi garis bawah
ganda.
C. Pemakaian Tanda Baca
Tanda
baca sangat esensial dalam bahasa tulis, karena tanpa tanda baca makna kata atau frasa atau
kalimat menjadi kabur bahkan kacau.
Tanda baca yang lazim digunakan dewasa ini didasarkan atas intonasi, dan
sebagian didasarkan atas relasi gramatikal, frasa, dan inter-relasi antar
bagian kalimat. Tanda-tanda baca yang
umumnya dipakai dalam bahasa Indonesia adalah:
1)
Tanda Titik
a)
Tanda titik dipakai
pada akhir kalimat. Misalnya: Kita
liburan ke Bali.
b)
Tanda titik dipakai di
belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, iktisar, atau daftar. Misalnya: a.1.1 Pembangunan
c)
Tanda titik dipakai
untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu. Misalnya: Pukul 1.35.20
d)
Tanda titik dipakai
untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu. Misalnya: 1.3.5.20 jam
e)
Tanda titik dipakai di
antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda Tanya atau
tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka. Misalnya: Mullik, M. L.
2011. Bahasa
Indonesia Dalam Karya Tulis Ilmiah. Undana
Press
f)
Tanda titik dipakai
untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. Misalnya:mJumlah
buruh yang berdemontrasi adalah 30.800 orang.
g)
Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan
atau kepala ilustrasi, table, dan sebagainya.
Misalnya: Fluktuasi pertambahan berat badan ternak
sapi dapat di lihat pada Tabel 3 dalam Bab II,
dan Grafik 10 dalam Bab V buku
ini.
h)
Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengiriman dan tanggal
surat atau (2) nama alamat penerima surat.
Misalnya: Yth. Sdr. Nimrot
Kase (tanpa titik)
Jalan
Soeharto 72 (tanpa titik)
Kupang
(tanpa titik)
1
Maret 2011 (tanpa titik)
2) Tanda
Koma (,)
a)
Tanda koma dipakai di
antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Misalnya: Urutan dari angka bulat
terkecil adalah 1, 2, 3, 4, 5, dan
seterusnya.
b)
Tanda koma dipakai
untuk memisahkan suatu kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya
yang didahului oleh kata seperti tetapi
atau melainkan. Misalnya: Ia
tidak berangkat ke Surabaya, melainkan
ke Jakarta.
c)
1. Tanda
koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat
itu mendahuli induk kalimat. Misalnya:
Kalau
lapar, saya
Saya akan makan.
2. Tanda
koma tidak dipakai untuk memisahkan
anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimat. Misalnya: Saya akan makan kalau saya lapar.
d)
Tanda koma dipakai di
belakang kata atau ungkapan penghubung
antara kalimat yang terdapat pada
awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh
karena itu, jadi, lagi pula, meskipun, begitu, dan tetapi. Misalnya: …
… . Oleh karena itu, saya memutuskan untuk tidak datang.
e)
Tanda koma dipakai
untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah,
aduh, kasihan, dari kata lain yang terdapat dalam kalimat. Misalnya: O, saya kira Anda bukan
orang rote.
f)
Tanda koma dipakai
untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Misalnya: Katanya, “Saya
lapar sekali’
g)
Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b)
bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, dan (d) nama tempat dan wilayah
atau negara yang ditulis berurutan.
Misalnya: Nama dan alamat tempat kerja saya adalah
Fakultas Peternakan, Universitas Nusa Cendana, Jalan Adisucipto 10, Penfui,
Kupang, NTT 85001, Indonesia.
h)
Tanda koma dipakai
untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya: Mullik, Marthen. 2011. Bahasa
Indonesia Dalan Karya Tulis Ilmiah. Undana Press.
i)
Tanda koma dipakai di
antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya: A.K. Malik, Kalimat Efektif (Kupang, Undana Press,
2011), hlm 19.
j)
Tanda koma dipakai di
antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari
singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya: M. L. Mullik, Ph.D.
k)
Tanda koma dipakai di muka angka persepuluh atau di antara
rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya; 6,9 km
l)
Tanda koma dipakai
untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. Misalnya: Semua mahasiswa, baik
jurusan produksi maupun nutrisi, wajib hadir.
m)
Tanda koma dipakai
-untuk menghindari salah baca- di belakang keterangan yang terdapat pada awal
kalimat. Misalnya: Atas
kesediaannya, diucapi terima kasih.
n)
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan
langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan
langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Misalnya: “Dari mana Anda
memperoleh buku itu?” tanya kakak sambil
melotot.
3)
Tanda Titik Koma (;)
a)
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian
kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya; Rasa kantuk semakin berat; pekerjaan pun
belum rampung juga.
b)
Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata
penghubung untuk memisahkan yang memisahkan yang setara di dalam kalimat majemuk. Misalnya: Ayah membaca
Koran di verandah, Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghafal nama-nama
pahlawan nasional; saya sendiri asyik
menonton acara “Kick Andy”.
4) Tanda
Titik Dua (:)
a)
1. Tanda
titik dua dipakai pada akhir suatu
pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau perintah. Misalnya: Para pegawai kantor ini
membutuhkan peralatan kantor: meja,
kursi, dan komputer, dan printer.
2. Tanda
titik dua tidak dipakai jika rangkaian
atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Misalnya: Para pegawai kantor ini
membutuhkan meja, kursi, komputer, dan
printer.
b)
Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan perintah. Misalnya: Ketua : Kase Metan
c)
Tanda titik dua dipakai
(a) di antara jilid atau nomor dan halam, (b) di antara bab dan ayat
dalam kitab suci, (c) di antara dua judul dan anak judul suatu karangan, serta
(d) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan. Misalnya: Jurnal Ilmu Ternak dan
Veteriner, 13:20-28
5)
Tanda Hubung (-)
a)
Tanda hubung menyambung
suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
b)
Tanda hubung menyambung
awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di
depannya pada pergantian baris.
c)
Tanda hubung menyambung
unsur-unsur kata ulang. Angka 2 pada kata ulang tidak bisa pakai dalam teks karangan resmi. Misalnya: bapak-bapak (tidak ditulis bapak 2)
d)
Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian
tanggal. Misalnya: k-e-l-u-r-a-h-a-n
e)
Tanda hubung dipakai
untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (b)
penghilangan bagian-bagian kelompok kata. Misalnya: ber-evolusi
f)
Tanda hubung dipakai
untuk merangkaikan (a) se- dengan
kata berikutnya yang dimulai dengan huruf besar, (b) ke- dengan angka, c) angka dengan –an, (d) singkatan berhuruf besar dengan imbuhan atau kata, dan (e)
nama jabatan rangkap. Misalnya: tahun
2000-an
g)
Tanda hubung dipakai
untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing. Misalnya: di-upgrade
6)
Tanda Pisah (-)
a)
Tanda pisah membatasi
penyisipan kata yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat. Misalnya: Dengan bekerja
bersama -berdasarkan pengalaman saya.
b)
Tanda pisah menegaskan
adanya keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas. Misalnya: Temuan
Esintain -gaya gravitasi- telah meletakan landasan yang kuat dalam pengembangan
bidang penerbangan.
c)
Tanda pisah dipakai di
antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti ‘sampai’ atau ‘sampai
dengan’. Misalnya: 1998-2011
7)
Tanda Elipsis (…)
a)
Tanda elpisis dipakai
dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya: Kalau begitu …, ya, tidak perlu dirisaukan lagi.
b)
Tanda elpisis
menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat
atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya: Dan, perjuangan pergerakan kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu … bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
8)
Tanda Tanya (?)
Tanda
tanya dipakai pada akhir kalimat tanya,
dan untuk menandai bagian kalimat atau
pernyataan yang disangsikan kebenarannya.
Misalnya: Apakah Anda dalam keadaan sehat?
9)
Tanda Seru (!)
Tanda
seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah
yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat. Misalnya: Alangkah malangnya
nasib pemuda itu!
10) Tanda
Kurung ((…))
a)
Tanda kurung mengapit
tambahan keterangan atau penjelasan. Misalnya:
Dokumen
usulan ini dilengkapi dengan lampiran-lampiran (daftar nama anggota, ijasah,
surat keterangan berkelakuan baik, dan hasil wawancara) seperti yang
disyaratkan.
b)
Tanda kurung mengapit
keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan. Misalnya: Setiap tahun, ratusan
peselancar dari berbagai negara mengadu keahlian dalam Kompetisi Selancar Rote Ndao di Nemberala (pantai yang memiliki
gulungan ombak terbaik nomor 2 di dunia)
c)
Tanda kurung mengapit
huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan. Misalnya: Bajak laut itu berasal
dari (pulau) Alor
d)
Tanda kurung mengapit
angka atau huruf yang merinci satu urutan keterangan. Misalnya: Produktivitas
menyangkut aspek (a) masukan, (b) proses, dan (c) luaran
11) Tanda
Kurung Siku ([…])
a)
Tanda kurung siku
mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada
kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa
kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya: Melindungi
satwa li[a]r tidaklah mudah.
b)
Tanda kurung siku
mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung (…). Misalnya: Rumput kume adalah
rumput unggul lokal (asli NTT [bernama latin Sorghum plumosum] khususnya terdapat di Timor, Rote, Sabu, Sumba)
yang memiliki nilai gizi tinggi.
12) Tanda
petik (“…”)
c)
Tanda petik mengapit
petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis
lainnya. Misalnya: “Saya mandi dulu,
ya” kata Andri.
d)
Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku
yang dipakai dalam kalimat. Misalnya: Puisi
“Aku” digubah oleh W.S.Rendra
e)
Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal
atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya: Model potongan rambut acak dikenal
dengan nama “punk”.
13) Tanda
petik tunggal (‘…’)
a)
Tanda petik tunggal
mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain. Misalnya: Kata ayah, “tidakkah
kamu dengar bunyi ‘tok…tok… tok’ di pintu?”
b)
Tanda petik tunggal
mengapit makna terjemahan, atau penjelasan kata ungkapan asing. Misalnya: Sustainable ‘berkelanjutan’
14) Tanda
garis miring ( / )
a)
Tanda garis miring
dipakai dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu
tahun yang terbagi dalam dua tahun tawim. Misalnya: No. 124/Fpt/III/2011
b)
Tanda garis miring
dipakai sebagai pengganti kata dan, atau,
atau tiap. Misalnya: Bapak/Ibu/Saudara
15) Tanda
Penyingklat atau Apostrof (‘)
Tanda penyingklat atau apsotrof menunjuk penghilangan bagian kata atau bagian
angka tahun. Misalnya: Engkau ’kan
berhasil asalkan tidak menyerah
(‘kan = akan)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pengejaan atau pengucapan kata-kata bahasa
Indonesia, masih sering ditemukan kata-kata yang dieja atau diucapkan tidak
tepat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut, salah satunya adalah
pengaruh bahasa daerah yang masih kental.
Penulisan
kata juga sangat penting dalam bahasa Indonesia, karena dalam berbahasa kita
menggunakan kata. Dalam berbahasa seringkali
kata dasar mengalami perubahan karena mendapat
imbuhan, pengulangan, dan penggabungan.
Suatu hal
yang sering diabaikan dalam penulisan adalah pemakaian huruf dan tanda baca.
Banyak sekali penulis yang kurang mengindahkan hal ini. Padahal, huruf dan
tanda baca sangat berperan dalam penulisan. Adanya huruf dan tanda baca, akan
membantu pembaca memahami sebuah tulisan dengan tepat. Sebaliknya jika tidak
ada, akan menyulitkan pembaca memahami suatu tulisan, bahkan mungkin dapat
mengubah pengertian suatu kalimat.
. Dengan demikian, pemahaman dan
penguasaan ejaan dan tanda baca baku
dalam bahasa Indonesia merupakan hal yang wajib dan mutlak bagi seluruh
masyarakat yang menggunkan bahasa tulis sebagai media
komunikasi.
B. Saran
Dari pembahasan yang telah diuraikan, kami
berharap agar mahasiswa dapat mengimplementasikan Ejaan yang Disempurnakan
dalam berbicara sehari-hari baik dalam suasana resmi maupun tidak, maupun di
dalam suatu penulisan karya ilmiah. Sehingga jika hal tersebut diaplikasikan di
dalam kehidupan sehari-hari, maka masyarakat akan terbiasa mengucapkan
kata-kata baku. Dengan demikian, bahasa Indonesia tetap menjadi identitas
bangsa yang dilestarikan oleh masyarakatnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Pamungkas. (1972). PEDOMAN UMUM
EJAAN YANG DISEMPURNAKAN ~EYD~, Surabaya:
Giri Surya
Permendiknas Nomor 46 Tahun 2009.Pedoman
Umum EYD, Tangerang: Scientific
Press
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.2000.Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan, Jakarta
Resmini Novi.Kaidah Tata Tulis, Universitas
Pendidikan Indonesia
Syahruddin., Mansur Ga’ga., & Andi Hasrianti. (2011). Mari Berbahasa Indonesia yang Baik dan Benar, Makassar: CV.Permata Ilmu
Saya Rambo Hitam dari Grammy, saya bekerja di Kem Grammy, isteri saya meninggal dunia 6 tahun yang lalu dan sejak saya menjaga anak tunggal saya bernama Clinton, seorang kawan nasihat saya untuk mencari isteri, pada pencarian saya bertemu Jennifer dia dan wanita Inggeris, Saya suka begitu banyak bahawa saya boleh memberikan segala-galanya dia berusia 37 tahun, selepas beberapa waktu bertarikh saya begitu banyak cinta dengannya, kami mempunyai beberapa salah faham, dan dia pecah dengan saya dan saya merayu kepadanya untuk kembali anak saya dipanggil dia berkata Tidak, bahawa dia telah menemui orang lain, dan kita suka antara satu sama lain selepas beberapa hari saya membaca artikel tentang bagaimana Dr Lomi boleh membantu membawa kembali , Saya memutuskan untuk mencuba, saya menghubungi Dr Lomi untuk membantu beliau memberitahu saya apa yang perlu dilakukan untuk membawa balik kekasih saya yang saya lakukan, dia melakukan doa dan Jennifer kembali dia mencintai saya dan menghargai saya lebih sekarang, dan kami mempunyai masa terbaik dalam hidup kita, Dr Lomi juga menyediakan beberapa herba semulajadi yang membuat saya kuat dan sihat lagi sekarang saya merasa seperti seorang pemuda saya berpuas hati dengan seksualnya sangat baik kita berdua gembira, hubungi Dr Lomi pada nombor WhatsApp +2349034287285 atau e-mel kepadanya di lomiultimatetemple@gmail.com HE MEMPUNYAI PENYELESAIAN TERBAIK UNTUK ANDA
ReplyDelete