Pentingnya Meninggalkan Dosa dan Kemaksiatan Bagi Seorang Penuntut Ilmu
Dosa dan kemaksiatan adalah sumber dari setiap kejahatan
dan musibah yang terjadi di dunia, baik secara pribadi maupun umat. Firman
Allah Ta’ala, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia.” (QS. Ar-Rum: 41)
Diantara akibat
dosa dan kemaksiatan adalah seseorang terhalang dari menuntut ilmu syar’I,
serta mudah lupa akan ilmu yang telah dihafalnya. Sesungguhnya ilmu syar’I
adalah sesuatu yang mulia dan berharga, yang tidak mungkin menetap di hati
seseorang yang dipenuhi nafsu-nafsu syahwat, kemaksiatan, dan kemungkaran. Hal
itu disebabkan karena kemuliaan tidak mungkin berada disatu tempat bersama
kotoran ataupun kejelekan. Setiap hamba yang bermaksiat kepada Tuhannya, maka
ilmu yang ada dalam hatinya akan pergi seukuran maksiatnya. Demikian pula
cahaya pemahaman ilmu syar’I di dalam hatinya akan padam. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba terhalang
rizkinya karena dosa yang dia lakukan.” (HR. Ahmad dan Hakim).
Rizki meliputi
rizki badan, yaitu berupa harta, makanan, dan minuman. Sedangkan rizki ruh
meliputi ilmu, ma’rifatullah, dan kenikmatan mengingat-Nya. Abdullah bin Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu berkata, “Saya menganggap orang yang melupakan ilmu yang
telah dia ketahui, hal itu karena dosa yang telah ia lakukan.”
Setiap kali Imam Abu Hanifah menemukan kesulitan dalam
suatu masalah, maka beliau berkata kepada muridnya, “Semua ini karena dosa yang
saya lakukan.” Kemudian beliau beristighfar, terkadang berdiri lalu shalat
hingga terbuka baginya permasalahannya. Beliau rahimahullah berkata, “Saya
berharap Allah sudah menerima taubat saya.”
Ali bin Khasyram berkata, “Saya melihat Waki’ bin
Al-Jarrah tidak pernah membawa kitab ditangannya (karena hafalannya kuat,
sehingga tidak perlu membacanya dari kitab. Semua telah beliau hafal di dalam
hatinya). Saya bertanya kepadanya tentang resepnya. Beliau berkata, ‘Dengan
meninggalkan maksiat, saya mendapatkannya begitu mujarab untuk menghafal.’”
Ibnu Jauzi menjelaskan dampak dari perbuatan maksiat.
Beliau berkata, “Berhati-hatilah dari maksiat. Karena akibatnya sangat jelek.
Berhati-hatilah dari dosa, khususnya dosa khalwat, karena perkelahian dengan
Allah-lah yang menyebabkan seorang hamba jatuh dihadapan-Nya. Berhentilah dari
dosa, betapa jelek akibat dan ceritanya. Syahwat tidak didapatkan kecuali
seukuran kuatnya kelalaian.” Seseorang bertanya kepada Imam Malik, “Wahai Abu
Abdillah, apa yang membuat hafalan menjadi baik?” Beliau menjawab, “Kalau ada
sesuatu yang bisa membuat hafalan baik, itu adalah meninggalkan maksiat.”
Syaikh Musthafa As-Siba’I berkata, “Apabila Anda ingin
bermaksiat, maka ingatlah diri Anda kepada Allah. Apabila tidak bisa kembali,
maka ingatlah akhlak orang-orang besar. Apabila tidak bisa kembali, ingatlah
kejelekan (maksiat) bila itu diketahui orang-orang. Apabila tidak kembali,
ketahuilah disaat itu Anda telah berubah menjadi seekor binatang.”
Abu Qa’qa Muhammad bin Shalih Alu Abdillah, 102 Kiat Agar
Semangat Belajar Membara: Elba
Comments
Post a Comment